Bandara Kartajati Tidak Akan Berhenti
Seputar Aktual Nasional - Mulai 1 Juli 2019, seluruh penerbangan domestik dari dan ke Bandara Internasional Husein Sastranegara di Bandung akan beralih ke Bandara Internasional Kertajati di Majalengka.
Setidaknya, ada 56 penerbangan, meliputi 13 rute domestik yang akan lalu lalang di Bandara Kertajati, termasuk penerbangan oleh maskapai Garuda Indonesia, AirAsia, Citilink, dan Lion Air.
Bandara baru yang melayani lintas udara Jawa Barat itu akhirnya tidak sepi seperti hari-hari sebelumnya sejak resmi beroperasi Mei 2018 lalu. Disebut sepi karena sepanjang tahun lalu, jumlah penumpang yang dilayani Bandara Kertajati cuma 35 ribu orang.
Sementara, di Bandara Husein Sastranegara, rata-rata jumlah penumpang mencapai 9 ribu per hari. Bahkan, bisa menyentuh 10 ribu-11 ribu pada akhir pekan. Agen domino
Persoalannya, Bandara di Bandung ini cuma seluas 145 hektare (ha). Tidak cuma itu, landasan pacu di Bandara Husein Sastranegara hanya 2.250 meter. Itu pun pengelola bandara harus menebang gunung. Padahal, di wilayah sekitar juga terdapat lapangan tembak milik TNI.
Bandingkan dengan Bandara Kertajati yang seluas 837 ha dengan landasan pacu lebih panjang, yaitu sepanjang 3 ribu meter.
Seharusnya, nyaman dimiliki Bandara Kertajati. Kenapa muncul kontroversi? Bahkan, sebagian masyarakat mengisyaratkan tak sudi ke Majalengka. Lucunya lagi, sebagian dari masyarakat malah terang-terangan memilih ke Bandara Soekarno Hatta atau Halim Perdanakusumah ketimbang Bandara Kertajati.
Dudi Sudibyo, Pengamat Penerbangan, mengaku maklum. Pasalnya, jarak tempuh dari Bandung ke Majalengka mencapai 197,2 kilometer (Km) atau nyaris 3 jam. Sementara, jarak tempuh Bandung ke Jakarta cuma 152,5 Km. Dengan moda transportasi kereta, jarak itu bisa ditempuh selama dua jam.
Selain itu, alasan transportasi publik dari Bandung dan ke Jakarta lebih menjanjikan dan pasti. Masyarakat terbiasa dengan angkutan umum kereta maupun bus/travel. Berbeda dengan perjalanan dari Bandung ke Majalengka dan sebaliknya, orang awam masih minim informasi.
"Memang, sejatinya siap dulu infrastruktur pendukungnya, alat transportasinya, kereta atau jalan tol. Sekarang kan masih dalam proses, sudah harus pindah bandara. Tetapi, nasi sudah menjadi bubur, jangan dibuang atau diabaikan. Sayang investasinya. Nanti jadi sia-sia," ujar Dudi
Diketahui, investasi Bandara Kertajati merogoh kocek Rp2,6 triliun. Ini bukan uang yang sedikit. "Mubazir kalau tidak dipakai, tentunya harus dimanfaatkan. Lagipula, Bandara Husein Sastranegara ibaratnya sudah mentok, tidak bisa dikembangkan lagi. Dikepung perumahan juga kan sekarang," jelasnya.
Tidak ada komentar